Home
Pantai Baru di Desa Poncosari, Srandakan, Bantul, D.I. Yogyakarta

Pantai Baru di Desa Poncosari, Srandakan, Bantul, D.I. Yogyakarta

 

Pada awalnya, Poncosari bukanlah wilayah yang terkenal. Pantai Pandansimo adalah satu-satunya lokasi yang terkenal karena menjadi salah satu obyek wisata spiritual di pesisir selatan. Desa Poncosari – termasuk di wilayah Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul – yang notabene wilayah administratif dari Pantai Pandansimo justru kalah populer.

Pada 26 Mei 2006 – hampir 7 tahun lalu, bencana gempa menggoncang sebagian besar Kabupaten Bantul. Tapi uniknya Poncosari hanya mengalami kerusakan minimal. Setelah itu muncullah lokasi-lokasi wisata baru, yaitu Pantai Kuwaru dan Pantai Baru. Tapi tetap saja tidak mencuatkan nama Poncosari di benak masyarakat luas.

Terlepas dari ramainya ingar-bingar dan lalu lalang bus-bus pariwisata kelas eksekutif yang melayani wisata pesisir, wilayah Poncosari hanyalah sebuah desa yang tenang. Tak ada aktivitas sosial & ekonomi yang melibatkan massa cukup banyak. Mata pencaharian masyarakat pun mayoritas masih sebagai petani dan nelayan. Maka, di luar hari libur sekolah jalanan Poncosari terbilang lengang.

Namun dalam beberapa bulan terakhir, mobil double cabin berwarna oranye terang sering melintas dan singgah di Balai Desa. BNPB, adalah singkatan yang tertera pada mobil yang kepanjangannya Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Baru Jumat lalu (17/05) BNPB mengadakan sosialisasi resmi yang melibatkan seluruh perwakilan masyarakat dan kelompok di Desa Poncosari. Dwi Daryanto, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, mewakili BNPB menyampaikan bahwa potensi bencana di Desa Poncosari cukup banyak.

Keberadaan lempeng tektonik di Pesisir Selatan Jawa yang senantiasa bergeser berpotensi untuk menimbulkan gempa bumi, termasuk disertai tsunami. Sedangkan fenomena cuaca yang berpotensi bencana yang sering terjadi di Bantul adalah angin kencang, apalagi daerah tepi pantai selatan yang juga dipengaruhi perubahan cuaca di Australia. Dwi Daryanto juga menyampaikan tentang fenomena pemanasan global, “saat ini bencana tidak hanya gempa bumi, banjir, angin topan, tapi juga perubahan iklim.”

Dan setelah ditelusur dampak perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat pesisir. Mencairnya es di kutub menyebabkan naiknya permukaan air laut. Tak heran jika abrasi di pantai-pantai Poncosari semakin hari semakin jauh menghajar daratan. Dan bagi masyarakat nelayan pemanasan global bisa memicu migrasi hewan laut yang bisa memengaruhi hasil tangkapan sehari-hari. Karena ketika wilayah tropis semakin panas, hewan laut cenderung memilih habitat yang lebih dingin mengarah ke kawasan sub-tropis.

Gelombang laut sudah menggerus daratan Pantai Kuwaru cukup jauh ke arah jalan.

Gelombang laut sudah menggerus daratan Pantai Kuwaru cukup jauh ke arah jalan.

 

Dengan banyaknya potensi bencana di Desa Poncosari, pemerintah melalui BNPB pun berkewajiban menyiapkan warganya untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa merugikan masyarakat. Penetapan gelar “Desa Tangguh Bencana Utama” oleh BNPB bagi Desa Poncosari tak akan banyak membantu jika warga tidak dibekali pengetahuan adaptasi dan mitigasi. Hal ini menjadi PR utama BNPB, BPBD, dan pemerintah desa untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan pengurangan resiko bencana. Dan sudah seharusnya pembangunan pemahaman masyarakat tentang kebencanaan lebih diutamakan daripada pembangunan fisik yang terkadang hanya jadi fenomena gebyar sesaat saja.

“….
Tapi jangan lengah kawan, dibalik semua keindahan ada yang sembunyi tak kelihatan.
Buka mata dan telinga, bencana alam mengancam, kapan saja dia siap menerkam
Slamatkan bumi, slamatkan diri…bekali diri dengan informasi
…”
Supermarket Bencana – Navicula

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s