Nosstress adalah band indie beraliran pop-folk yang berasal dari Bali. Nosstress baru mengeluarkan satu album, belum memiliki massa yang cukup banyak, apalagi di luar daerah asal mereka. Tapi semangat dan energi mereka untuk memenuhi undangan dan menyumbangkan suara telah membawa mereka ke Singapura & Malaysia. Lewat beberapa konser tentang lingkungan semacam “Suara Untuk Alam II” mereka menyampaikan kegelisahan tentang kondisi alam dan lingkungan di Bali yang disalahgunakan oleh industri pariwisata. Lagu-lagu berlirik menggelitik tentang lingkungan sekitar pun menyusun album “Perspektif Bodoh”.
Sebutan Perspektif Bodoh ini menurut Nosstress mewakili pandangan kaum-kaum remeh yang memiliki prinsip “tidak harus mewah untuk bahagia, tidak harus meriah untuk tertawa, tidak harus rakus untuk mulus”. Mereka hidup beradaptasi dengan keadaan dan menyiasati keterbatasan dengan cara yang sederhana. Begitulah, Nosstress lahir dari kesederhanaan bermusik tanpa drum dan bass. Bahkan berlatih musik tanpa listrik pun mereka jalani.
“Orang-orang sudah enggan berjalan kaki. Matahari sudah bukan sahabat kita lagi.”
Sebuah cuplikan lagu Nosstress yang berjudul Hiruk Pikuk Denpasar mewakili kegelisahan mereka terhadap perilaku masyarakat yang menanggapi lingkungan dengan sudut pandang yang salah. Lirik dengan nada-nada menyindir pun menghiasi lagu-lagu “Smoking Kills” dan “Tunda”. Bagi sebagian orang, melakukan aksi sederhana dan cinta lingkungan merupakan bagian sebuah perspektif bodoh. Meski begitu Nosstress menanggapinya dengan bijak lewat lagu-lagu yang juga sederhana. Dua buah gitar, satu kajon, terkadang tambahan alat musik tiup jadi instrumen utama untuk menyuarakan kreativitas mereka dalam bermusik.
Sejalan dengan semangat Earth Hour untuk melakukan aksi kecil yang berdampak besar, Nosstress hadir dalam penutupan masa kampanye Earth Hour regional Jogja. Mereka pun dipilih untuk merangkum aksi-aksi para relawan Earth Hour Jogja dalam lagu-lagu yang bertema lingkungan. Selama masa kampanye Earth Hour tahun 2013 ini, para relawan dari Jogja melakukan aksi tanam pohon sebanyak tiga kali. Yakni tanam pandan di Pantai samas, tanam bakau di Sungai Bogowonto, serta menanam pepohonan lokal di Telaga Ngurik, Wonosari. Ratusan pohon telah mengisi permukaan bumi sebagai investasi kelestarian lingkungan di masa depan. Hal ini tentunya juga tidak lepas dari andil banyak orang. Karena aksi kecil yang dilakukan bersama-sama pasti memiliki efek yang jauh lebih besar. Nosstress pun menimpali “Satu saja sangat berarti…untukmu… tanam saja!” (Tanam Saja – Nosstress)
Berkolaborasi dengan Kelompok Kerja Eduwisata Energi Terbarukan Poncosari dan Earth Hour Jogja, Nosstress akan membuktikan bahwa matahari adalah sahabat kita di masa depan. Mereka akan mengisi pertunjukan yang sepenuhnya memanfaatkan energi listrik terbarukan, yakni listrik dari tenaga surya dan tenaga hibrid. Aksi ini selaras dengan misi Pokja Eduwisata Energi Terbarukan Poncosari untuk mensosialisasikan energi terbarukan sebagai solusi energi bersih di masa depan.
Pertunjukan musik dan seni budaya “Energi Baru Suara Baru” akan berlangsung pada 28 April 2013 di Pantai Baru, Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul, D.I.Yogyakarta. Sebuah pertunjukan yang kental dengan pesan-pesan tentang lingkungan, mulai dari pemanfaatan energi bersih, pencahayaan yang hemat energi, serta mempromosikan semangat untuk “reuse, reduce, recycle”. Pertunjukan ramah lingkungan “Energi Baru Suara Baru” juga menjadi sebuah aksi kecil yang membuktikan bahwa energi terbarukan di Indonesia sudah memasuki babak baru untuk mampu memenuhi kebutuhan modern. “Agar terbersit kembali di benak banyak orang bahwa kita telah mengambil terlalu banyak dari alam ini, dan kita punya kesempatan untuk membarukan keadaan,” kata Nyoman Angga – Nosstress.
Jadi, mari bergabung, menyuarakan energi terbarukan, dan saling menginspirasi!
Pantai Baru, 28 April 2013
“Dan pertemuan ini jadi inspirasi antara aku dan masa depanmu…” (Kita – Nosstress)
Poncosari 